Selain cerita, penulis juga wajib melakukan riset agar tulisannya makin power full. Tulisan yang dilengkapi dengan riset tentu berbeda dengan yang tidak disertai. Benar kan? Tulisan yang disertai riset tentu akan terurai ulasannya secara mendalam. Sebaliknya, tulisan tanpa riset akan terasa dangkal pembahasannya. Pembaca hanya mendapatkan informasi saja.
Olehnya itu, riset menjadi poin penting dalam menulis. Ibaratnya, amunisi tambahan dari tulisan kita.
Nah, sebelum Anda meriset, paham aturan dasarnya dulu!
Pertama, Penuturan Indrawi Berimbang dan Variatif
Bayangkan diri Anda melaporkan sebuah kejadian dengan lengkap. Anda harus mengaktifkan seluruh Indra bukan hanya pada apa yang terlihat. Apa yang Anda rasakan, apa yang Anda sentuh, Apa yang Anda dengar, dan Apa yang cium semuanya harus dideskripsikan. Dengan langkah tersebut, tentu pembaca seolah-olah berada dalam pusaran peristiwa yang Anda ceritakan.
Kedua, Bersiap membuang data
Tidak semua hasil riset terpakai. Anda hanya menyajikan hasil riset sesuai fokus pembahasan saja. Data hadir untuk disesuaikan dan mendukung apa yang kita tulis. Sehingga apa yang kita paparkan sesuai fakta, bukan semata informasi saja. Selain itu, paparan tulisan lebih fokus.
Ketiga, Sebar data dengan efektif
Salah satu cara mujarab mengolah data dengan menjahitnya dalm dialog, sehingga menjadi suara pengetahuan dari karakter. Data jangan disajikan secara tunggal, tetapi melebur dalam tulisan yang Anda paparakan. Data disesuaikan dengan ulasan tulisan Anda.
Keempat, Cerita adalah tuan, yang lain hamba
Tolok ukur penulis yang baik menjadikan cerita sebagai tuan, yang lain mengikut termasuk riset. Cerita menjadi rel panjang yang harus kita lalui dari awal hingga akhir. Jangan sampai terjadi di tengah paparan kita, riset menjadi tuan. Riset mendominasi tulisan yang Anda paparakan.
Salam Berkarya Berdaya!