Oleh: Dr. Ahdar Djamaluddin, S.Pd.I., S.Sos., M. Ag.

 

Maryam, atau Maria, merupakan salah satu tokoh penting dalam tradisi Islam yang mendapatkan tempat istimewa dalam Al-Qur’an. Sebagai ibu dari Nabi Isa AS, Maryam menjadi simbol kesucian, ketabahan, dan pengabdian yang tidak hanya menginspirasi umat Islam, tetapi juga umat agama lain. Tulisan  ini akan mengeksplorasi kisah Maryam dari sudut pandang Islam dan menggali pesan universal yang relevan untuk semua agama.

Maryam disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 34 kali, dan namanya diabadikan sebagai salah satu nama surah, yaitu Surah Maryam. Ini menunjukkan penghormatan besar terhadap Maryam sebagai wanita yang mulia dalam Islam. Kisahnya dipaparkan secara rinci dalam Surah Ali Imran, Surah Maryam, dan beberapa surah lainnya.

Surah Ali Imran, (QS 3 ; 35-37) kisah Maryam dimulai dari doa ibunya, Hannah, yang memohon seorang anak untuk didedikasikan kepada Allah. Ketika Maryam lahir, meskipun ia seorang perempuan, ibunya tetap menunaikan nazarnya dan menyerahkan Maryam untuk melayani di tempat ibadah. (Yohanes 2:1-11).

Maryam diasuh oleh Nabi Zakaria AS. Dalam Al-Qur’an (QS 3: 35-37), diceritakan bahwa Maryam sering mendapatkan rezeki langsung dari Allah, yang menandakan kedudukannya yang tinggi. Nabi Zakaria bahkan merasa takjub dengan keistimewaan yang diberikan kepada Maryam. Kisah puncak Maryam adalah ketika malaikat Jibril datang menyampaikan kabar bahwa ia akan melahirkan seorang anak, Nabi Isa AS, meskipun ia tidak pernah disentuh oleh laki-laki. ((QS 3:45-47) Hal ini menjadi mukjizat besar dan bukti kekuasaan Allah.

Maryam mengalami tekanan sosial yang luar biasa ketika kembali ke kaumnya dengan membawa bayi. Namun, ia menunjukkan ketabahan luar biasa dengan tetap berpegang teguh pada keimanannya kepada Allah. Bayi Nabi Isa AS berbicara di dalam buaian untuk membela ibunya dan menjelaskan misinya sebagai nabi Allah. Ini menjadi bukti yang tidak terbantahkan atas kesucian Maryam. (QS 19:27-33)

Maryam menjadi teladan bagi semua wanita, baik dalam Islam maupun agama lain. Ia menunjukkan bahwa kesucian hati, keimanan, dan ketabahan dapat mengatasi segala tantangan. Kisah Maryam mengajarkan nilai-nilai yang dapat diterima oleh semua agama pengabdian kepada Tuhan, ketabahan dalam ujian, dan keikhlasan dalam beribadah. Nilai-nilai ini melampaui batas agama dan budaya.

Dalam Kekristenan, Maryam dikenal sebagai Virgin Mary dan dianggap sebagai sosok yang suci dan mulia. Perspektif ini memiliki banyak kesamaan dengan Islam, meskipun terdapat perbedaan teologis. Kedua agama sama-sama menghormati Maryam sebagai wanita yang diberkahi. Persamaan ini dapat menjadi dasar untuk dialog antaragama yang harmonis. Kisah Maryam dapat dijadikan bahan pendidikan moral, terutama tentang ketabahan dan pengorbanan. Generasi muda dapat belajar dari kesederhanaan dan keberanian Maryam.

Dalam konteks modern, Maryam adalah simbol pemberdayaan perempuan. Ia membuktikan bahwa seorang wanita dapat menjadi figur yang dihormati karena kesalehan dan integritasnya. Keimanan Maryam yang tidak tergoyahkan meski menghadapi fitnah adalah contoh nyata bahwa iman dapat memberikan kekuatan di tengah cobaan hidup. Maryam dapat menjadi jembatan untuk dialog antaragama. Kisahnya yang dihormati oleh Islam dan Kristen mencerminkan nilai-nilai bersama yang dapat mempererat hubungan antarumat beragama. Maryam telah menjadi inspirasi dalam seni, musik, dan sastra di berbagai tradisi. Ini menunjukkan daya tarik universal dari kisahnya.

Dalam era globalisasi saat ini, kisah Maryam mengingatkan pentingnya nilai-nilai spiritual yang dapat mempersatukan manusia dari berbagai latar belakang. Banyak kajian akademis yang telah membahas Maryam, baik dari sudut pandang Islam maupun Kristen. Hal ini menunjukkan minat besar terhadap relevansi kisahnya dalam kehidupan modern. Kisah Maryam tidak hanya untuk dikagumi, tetapi juga untuk dihidupkan dalam tindakan sehari-hari, seperti meningkatkan ketakwaan dan memperkuat solidaritas sosial.

Maryam adalah sosok yang melampaui batas agama dan budaya. Kisahnya telah mengajarkan nilai-nilai universal yang relevan di semua zaman. Dengan menggali dan memahami kisah Maryam, umat manusia dapat menemukan inspirasi untuk membangun kehidupan yang lebih harmonis.

Referensi

  1. Al-Qur’an, Surah Ali Imran, Maryam, dan An-Nisa.
  2. Injil : Yohannes
  3. Lings, Martin. Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources. Islamic Texts Society, 2006.
  4. Watt, Montgomery. Islam and Christianity Today. Routledge, 1983.
  5. Parrinder, Geoffrey. Jesus in the Quran. Oneworld Publications, 1995.
  6. Amina Wadud. Qur’an and Woman: Rereading the Sacred Text from a Woman’s Perspective. Oxford University Press, 1999.
  7. Artikel “Mary in the Quran” dari Islamic Studies Journal (2023).
  8. Christian-Muslim Relations Journal, “Maryam as a Bridge Between Faiths” (2023).

Leave a Reply